JAKARTA, iNewsPasuruan.id – Selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kerap kali perlu melakukan pertemuan mendadak yang tidak dijadwalkan sebelumnya. Siapa sangka hal ini pernah membuat Gus Dur dimarahi oleh istri salah seorang pejabat protokolernya.
Dilansir dari buku “Mata Batin Gus Dur: Cerita-Cerita Unik Bersama Sang Kiai karya Imam Anshori Saleh”, putri bungsu Gus Dur, Inayah Wulandari menceritakan kisah ayahnya tersebut. Inay, sapaan Inayah, mengatakan cerita ini menunjukkan bahwa Gus Dur tetap rendah hati meski menjabat sebagai Presiden RI.
"Bapak pernah menelepon Kepala Protokol Istana jam 04.00 pagi karena Bapak itu mulai terima tamu jam 05.00 pagi sambil jalan kaki. Bapak itu suka mendadak ingin ketemu siapa hari itu dan biasanya telepon protokol," terang Inay.
Saat Gus Dur menelepon ajudannya, kebetulan panggilan itu diangkat oleh sang istri.
"Siapa ini?" kata istri Kepala Protokoler.
"Abdurrahman," jawab Gus Dur
"Mau ngapain?!" tanya istri protokoler dengan nada tinggi.
"Mau bicara dengan Pak Wahyu, ada?" jawab Gus Dur dengan logat Jawa kental, merujuk pada nama Kepala Protokolernya, Wahyu Murtadi.
"Nggak ada! Pak Wahyu tidur. Jam segini kok masih telepon saja!” balas si istri dengan ketus sebelum memutus telepon.
Karena memang urusan penting, Gus Dur kembali mengontak ponsel protokolernya tak lama kemudian. Telepon Gus Dur itu kembali diangkat oleh si istri, yang masih jengkel, langsung memarahi Gus Dur.
"Heh, nggak tahu apa jam segini waktunya orang tidur. Kalau perlu besok pagi saja, jangan ganggu orang tidur!" semprot si istri yang kembali menutup telepon.
Mendengar istrinya berbicara dengan suara keras, Kepala Protokoler Gus Dur pun menanyakan siapa yang menghubunginya. Saat sang istri menyebutkan nama penelepon, Kepala Protokoler langsung mengecek ponselnya.
"Ma..itu Presiden!" kata si Kepala Protokoler.
Sang istri pun kaget mendengar penjelasan suaminya.
"Haaaah! Gimana Pak, saya ngomelin Presiden?!"
Tentu saja Wahyu langsung meminta maaf kepada Gus Dur karena kejadian ini. Gus Dur sendiri hanya menanggapinya dengan santai, bahkan tertawa saat mendengar permintaan maaf ajudannya itu.
Wahyu Murtadi memang dikenal dekat dengan Gus Dur. Dia paham dengan kebiasaan Gus Dur yang hanya menyebutkan nama, tanpa embel-embel jabatan saat menelepon.
Editor : Bian Sofoi