MALANG, iNewsPasuruan.id - Kabar terbaru penyelidikan Tragedi Kanjuruhan dilansir Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). Anggota TGIPF yang diketuai oleh Menko Polhukam Mahfud MD menyebut Stadion Kanjuruhan tak layak gelar laga berisiko tinggi.
Sebab markas Arema FC itu tak memiliki akses mengeluarkan para suporter dengan aman dalam keadaan darurat. TGIPF sudah melihat dan menganalisis rekaman CCTV di titik terparah tragedi Kanjuruhan, yakni pintu 13. Hasil analisis itu mengemukakan Stadion Kanjuruhan tidak memiliki akses yang baik untuk mengeluarkan suporter dalam situasi darurat.
Anggota TGIPF, Nugroho Setiawan menyimpulkan bahwa Stadion Kanjuruhan tidak layak menggelar pertandingan beresiko tinggi (high risk). Namun untuk pertandingan berskala low risk atau medium risk, Stadion Kanjuruhan masih dinilai layak.
“Seperti bagaimana caranya megeluarkan penonton dalam keadaan darurat, jadi sementara yang saya lihat adalah, pintu masuk berfungsi sebagai pintu keluar, tapi itu tidak memadai, kemudian tidak ada pintu darurat,” tuturnya. Nugroho ingin ke depannya struktur pada pintu Stadion Kanjuruhan diperbaiki. Selain itu, struktur tangga juga menjadi sorotan TGIPF.
Nugoroho pun menjelaskan ukuran ideal anak tangga stadion. Menurutnya, tangga di Stadion Kanjuruhan tidak ideal untuk dilewati kerumunan massa dalam jumlah besar.
“Jadi ke depannya perbaikannya adalah merubah struktur pintu itu, kemudian mempertimbangkan aspek akses, seperti anak tangga, anak tangga ini jika dalam safety descript, ketingiannya 18 cm, lebar tapak 30 cm,” ujar pemegang lisensi FIFA dan AFC Security Officer itu.
“Antara lebar tapak dan ketinggian sama, rata-rata mendekati 30 cm, kalau ukurannya segitu, jika kita berlari naik atau turun, tidak ada kemungkinan jatuh,” tambahnya lagi.
Nugroho juga mengatakan pegangan pada tangga menuju pintu Stadion Kanjuruhan tidak terawat. Lapuknya pegangan pada tangga dinilainya turut menjadi penyebab banyak korban luka-luka. “Kemudian lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk konsisi crowd karena harus ada rallying untuk pegangan,” urainya. “Rallyingnya ini kan juga tidak terawat, jadi karena berdesakan jadi rallyingnya patah, dan itu juga yang akhirnya melukai korban,” pungkasnya.iNewsPasuruan
Editor : Bian Sofoi