get app
inews
Aa Text
Read Next : Beberapa Kali Mangkir, Polisi Jemput Paksa WNA Australia Terkait Kasus KDRT di Pasuruan

Mengenal Budaya Makan Daging Kucing di Sulawesi Utara, Bukan Hanya soal Rasa

Senin, 12 Desember 2022 | 05:44 WIB
header img
Budaya makan kucing di Sulawesi Utara masih dilakukan sebagian orang meski hewan ini bukan hewan ternak. (Foto: MPI/Cahya Sumirat)

MINAHASA, iNewsPasuruan.id - Daging kucing ternyata menjadi kuliner khas di Sulawesi Utara. Sebagian orang masih melakukan budaya makan kucing dan masih ada hingga sekarang. Tak hanya soal rasa dan selera namun mitos yang menyertainya. Selama ini daging kucing masih ada yang menjualnya. Dagingnya masih dijumpai di pasar dan rumah makan tertentu hingga ada pula yang memasaknya di rumah sebagai sajian seperti halnya ikan pada umumnya.

Warga Minahasa menyebut daging kucing dengan nama ikang tusa. Mengonsumsinya dengan tujuan untuk merekatkan warga tetap rukun sebagai interaksi sosial antara individu dan individu yang lain. Hal tersebut terlepas dari anggapan bagi kebanyakan orang, kucing merupakan hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan. Tapi bagi penggemar kuliner ekstrem, dagingnya enak disantap.

Budaya makan kucing di Sulawesi Utara, kenapa masih ada hingga sekarang, selain karena memang hobi makan daging kucing, sebagian besar warganya pun piawai meramu bumbu masakan hingga daging kucing nikmat disantap. Dirangkum dari berbagai sumber, makan daging kucing di Sulawesi Utara ini sudah menjadi budaya sejak dahulu. Apalagi daging kucing dipercaya dapat mengobati penyakit asma.

Melansir Sindonews.com, bagi warga Sulawesi Utara yang beragama Kristen, hewan-hewan tersebut adalah santapan lezat. Mereka biasa menyebut jenis makanan ini dengan nama depan ikan atau ikang. Tidak ada alasan khusus kenapa orang Manado makan kucing dan hewan lainnya. Menurut seorang warga Manado beragama Kristen (di luar Kristen Advent), Wido Merung alasan menyantap hewan ini  karena kelezatan saja.

Bahkan, Wido mengaku sudah pernah mencicipi semua jenis ikan yang ada di Manado, termasuk kucing. “Daging kucing rasanya hampir seperti kelinci, cuma dagingnya agak sedikit berserat seperti daging ayam,” ujarnya. “Tikus rasanya sedikit manis, dan tidak ada persamaan rasanya dengan hewan manapun,” lanjutnya. “Demikian juga dengan anjing, belum ada persamaan rasa dagingnya, cuma habis makan badan terasa panas,” kata Wido lagi.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa mereka  juga menyantap makanan umum lainnya, seperti ayam, ikan, sapi, kuda, dan kambing. Kebiasaan ini juga ternyata tidak hanya ada di Manado saja. Ada beberapa kabupaten dan kota lainnya yang juga menyajikan makanan hewan seperti itu. Misalnya, daerah Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan Minahasa.

Bahkan, beberapa kota besar di Sulawesi Utara ini juga menyediakan pasar hewan seperti ini, seperti Pasar Tomohon dan Pasar Langowan, Kabupaten Minahasa. Mungkin kalau kamu tertarik kuliner ekstrem, singgah saja di Pasar Tomohon yang sudah terkenal. Meski harus diakui untuk mendapatkan daging kucing tidaklah semudah seperti daging hewan lainnya.

Untuk mendapatkan daging kucing lebih sulit dibandingkan daging hewan pada umumnya. Daging kucing biasanya dimasak seperti halnya daging anjing, yakni dengan beragam bumbu RW. Jadi tidak perlu heran jika hewan yang biasanya dijadikan peliharaan, di Manado kucing dipotong dan dijadikan masakan. Kekhasan cita rasa daging kucing dibandingkan daging hewan lainnya menjadikan daya tarik sendiri.

Jika Anda berkunjung ke Manado mungkin pernah menyantap bebek rica-rica yang rasanya sangat lezat, rasa pedasnya menggugah selera. Ada juga ayam geprek, bebek, ikan bakar yang dimasak dengan beragam bumbu dan rempah. Namun, pernahkah Anda membayangkan memakan daging kucing yang dibumbui dengan sedemikian rupa?

Sudah pasti membayangkannya saja membuat bulu kuduk merinding. Apalagi jika yang disantap itu kucing kesayangan Anda. Terlepas soal rasa, daging kucing diyakini bisa menyembuhkan penyakit asma. Memakan daging kucing dianggap bisa memberi kehangatan tubuh pada musim dingin.

Kucing pun menjaga kebersihan, daging kucing dipercaya lebih higienis dibandingkan daging babi. Sementara itu, di lain pihak ada yang menyebut daging kucing sendiri, bukanlah salah satu makanan tradisional orang Minahasa. Menurut cerita kalangan tetua di Minahasa, budaya makan daging kucing justru dibawa oleh orang-orang Tionghoa di daerah tersebut.

Menghindari perdebatan panjang tersebut yang pasti semua sudah tahu kucing merupakan salah satu hewan yang dipelihara manusia. Sebagai hewan kesayangan, kucing tak termasuk kedalam hewan ternak untuk dikonsumsi. Demikian informasi terkait budaya makan kucing di Sulawesi Utara. Semoga bermanfaat, ya.


Sumber: https://sulut.inews.id/berita/budaya-makan-kucing-di-sulawesi-utara-bukan-hanya-soal-rasa/all.
 

Editor : Bian Sofoi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut