PASURUAN, iNewsMadiun.id - Kerajaan Mataram Islam ingin memperluas wilayahnya hingga ke Pasuruan, Jawa Timur. Adipati Pasuruan yang mendengar kedigdayaan Panembahan Senopati memutuskan hendak menyerah. Adipati Pasuruan bersedia menyerahkan upeti. Namun langkah yang hendak diambil Adipati Pasuruan ditolak Ki Kinten, salah seorang bupati di Pasuruan.
Bupati Kinten berniat mengadakan perang tanding dengan Panembahan Senopati. Niatnya pun mendapat persetujuan Adipati Pasuruan. Senopati lantas berangkat dari pesanggrahannya untuk menghadapi Ki Kinten.
Sang penguasa Mataram itu berpakaian biru tua menunggang kuda gagah, bersama 40 orang prajurit numbak cemeng, atau ahli tombak yang juga berpakaian biru tua. Panembahan Senopati berpura-pura sebagai pemimpin pasukan penombak itu. Pertarungan pun dimulai, disaksikan oleh para pengiring yang bersorak-sorai.
Setelah berdoa kepada Allah, Senopati dapat melukai lutut musuhnya sehingga terlempar dari pelana kuda, Sang bupati pingsan. Ki Kinten lantas dinaikkan di atas seekor kuda betina yang pincang tanpa pelana, dengan tambang tebal sebagai kekang. Tubuh Ki Kinten lantas dikirimkan kembali kepada gustinya di Pasuruan, diantar oleh 40 prajurit numbak cemeng.
Di saat terluka itulah Bupati Kinten mengaku tak tahu bahwa yang dihadapi Panembahan Senopati. Kinten berujar jika yang bertarung dengannya adalah Panembahan Senopati maka dia tidak berani, memilih kembali pulang, atau lebih baik mati. Perkataan itulah yang konon membuat Adipati Pasuruan naik pitam.
Sang adipati segera memerintahkan agar Ki Kinten dipenggal kepalanya, tetapi saat hendak dipenggal kapak pemenggal patah. Cairan timah segera dituangkan ke dalam tenggorokannya sehingga mati. Adipati kemudian memberi hadiah kepada 40 orang prajurit Senopati itu dan mengirimkan seorang utusan yang membawa upeti untuk Senopati sebagai tanda takluk dan penyerahan Kerajaan Pasuruan.
Panembahan Senopati yang gembira atas kabar itu kemudian berkata ke utusan tersebut, "Sampaikanlah bahwa saya segera kembali ke Mataram, dan bahwa gustimu tetap mengepalai daerahnya. Tetapi apabila ada perintah mengenai bupati-bupati Jawa Timur, hendaklah perintah itu dipatuhinya." Setelah itu, Senopati kembali ke Kerajaan Mataram. Demikian dikutip dari Babad Tanah Djawi, "Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senopati", tulisan De Graaf,
https://jatim.inews.id/berita/kisah-bupati-di-pasuruan-dihukum-mati-usai-kalah-duel-dengan-panembahan-senopati/all.
Editor : Bian Sofoi