get app
inews
Aa Text
Read Next : DPRD Pasuruan Sidak Jalan Rusak di Winongan, Kendaraan Berat Jadi Penyebab Utama Kerusakan

75 Ekor Babi Ternak Mati Mendadak di Pasuruan, Peternak Merugi Jutaan Rupiah

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:45 WIB
header img
Petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mengambil sampel darah dari babi yang sakit untuk mengetahui penyebab kematian massal di Pasuruan. (Foto: Istimewa)

PASURUAN, iNewsPasuruan.id - Puluhan babi ternak milik warga di Desa Wonokitri dan Sedaeng, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, ditemukan mati mendadak dalam beberapa pekan terakhir. Total, tercatat sebanyak 75 ekor babi mati secara tiba-tiba dalam waktu singkat, yang menyebabkan keresahan di kalangan peternak dan menjadi misteri bagi petugas kesehatan hewan.

Sebanyak 50 ekor babi mati di Desa Seseng, sementara 25 ekor lainnya di Desa Wonokitri. Semua babi yang ditemukan mati menunjukkan gejala yang mencurigakan sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Salah satu peternak babi di Desa Wonokitri, Rina Nikasari, mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir babi ternaknya menunjukkan gejala yang tidak biasa.

"Babi saya menolak makan dan minum, bahkan terlihat takut terhadap air minumannya," ungkap Rina, Selasa (11/2/2025).

Setelah dua hari tidak bangun, Rina menemukan babi ternaknya telah mati. "Babi saya yang mati satu. Beratnya sekitar 1,5 kwintal, jadi saya rugi sekitar Rp6 juta hingga Rp7 juta per ekor," tambahnya.

Kepala Desa Wonokitri, Wirya Aditya, mengatakan bahwa kasus kematian babi ini terus bertambah. Sebelumnya, 20 ekor babi mati, dan kini ada tambahan lima ekor yang ditemukan mati.

"Kerugian yang dialami peternak cukup besar, mengingat berat babi yang mati di atas satu kwintal, yang diperkirakan merugikan peternak hingga Rp10 juta per ekor," ujar Wirya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfiah, menyatakan bahwa populasi babi di daerah tersebut cukup besar, sekitar 2000 ekor di sekitar Kecamatan Tosari. Kematian babi yang terjadi sejak Desember 2024 hingga Februari 2025 ini memiliki ciri yang sama, yaitu adanya kebiruan di perut babi.

"Ada kemungkinan ini terkait dengan virus, namun kami belum bisa memastikan. Tim kami telah mengambil sampel darah dari babi yang mati untuk diperiksa di laboratorium," jelas Alfiah.

Menurutnya, pada tahun 2022, Kabupaten Pasuruan pernah dilanda wabah kematian babi besar yang disebabkan oleh virus African Swine Fever (ASF). 

Namun, untuk kematian babi di bulan Desember 2024 hingga Februari 2025 masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ini terkait dengan virus atau faktor lain.

"Kami masih menunggu hasilnya. Semoga dalam waktu dekat, kami bisa mengetahui penyebab pastinya," pungkas Ainur Alfiah.

Editor : Bian Sofoi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut