Warga Terdampak Tanah Gerak di Pasuruan Menunggu Hasil Kajian Badan Geologi untuk Kepastian Relokasi

PASURUAN, iNewsPasuruan.id - Ratusan warga Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, masih berada di pengungsian sejak tanah di wilayah mereka mengalami pergerakan signifikan. Meski Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengeluarkan rekomendasi relokasi, keputusan akhir masih menunggu hasil kajian dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, menegaskan bahwa berdasarkan penelitian tim geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), daerah tersebut tidak lagi layak untuk dihuni. Berdasarkan hasil kajian tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur kemudian mengeluarkan rekomendasi relokasi bagi warga terdampak.
"Rekomendasinya memang seperti itu, bahwa di situ tidak layak lagi masyarakat tinggal," ujar Sugeng, Kamis (5/3/2025).
Namun, ia menjelaskan bahwa keputusan akhir mengenai relokasi masih bergantung pada hasil kajian Badan Geologi Kementerian ESDM.
"Setelah dikonfirmasi ke BNPB, yang bisa menjadi dasar relokasi atau tidak itu dari Badan Geologi Kementerian ESDM," tambahnya.
BPBD Provinsi Jawa Timur telah mengirimkan surat permohonan kajian ke Badan Geologi, dan dalam beberapa hari ke depan, tim dari kementerian tersebut dijadwalkan turun ke lokasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
"Beberapa hari yang lalu saya sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi, sebab yang akan berkomunikasi dengan Badan Geologi itu provinsi, bukan dari kabupaten," jelas Sugeng.
Sembari menunggu hasil kajian Badan Geologi, BPBD Kabupaten Pasuruan mulai mencari alternatif lokasi relokasi. Salah satu opsi yang muncul adalah lahan Tanah Kas Desa (TKD).
"Saya sudah berkoordinasi dengan kepala desa, apabila direlokasi apakah ada tempat atau lahan yang bisa digunakan. Kades mengatakan ada tanah TKD," ungkapnya.
Sementara itu, jumlah rumah yang terdampak tanah bergerak terus bertambah. Jika sebelumnya dilaporkan 47 rumah rusak, kini jumlahnya meningkat menjadi 58 rumah. Dari total tersebut, 26 rumah mengalami kerusakan parah, 20 rumah rusak sedang, dan sisanya mengalami kerusakan ringan.
Saat ini, warga yang terdampak masih mengungsi di SDN 2 Cowek, menunggu kejelasan nasib mereka. Dengan kondisi tanah yang terus bergerak, harapan mereka kini bergantung pada keputusan dari Badan Geologi dan pemerintah daerah.
Peristiwa tanah bergerak ini pertama kali terjadi pada Selasa (28/1/2025) setelah wilayah tersebut diguyur hujan deras selama beberapa hari. Akibatnya, tanah mulai mengalami retakan dan pergeseran, menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan hingga tak layak huni.
Editor : Bian Sofoi