JAKARTA, iNewsPasuruan.id - Pemerintah sedang menyoroti kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) yang secara misterius menyerang anak-anak. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), gagal ginjal akut misterius sudah menembus angka 241 kasus. Faktor pemicu munculnya penyakit gagal ginjal akut misterius tersebut disinyalir karena obat sirup yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas normal. Kemenkes dan BPOM telah menarik sejumlah produk obat cair yang mengandung EG dan DEG dari pasaran.
Sambil menangis, Anisyah (58) menunjukkan foto sang cucu yang tergolek lemas di RSUD dr Soetomo sebelum meninggal dunia akibat divonis menderita gagal ginjal akut. (Foto: Rahmat Ilyasan)
Anisyah (58) tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kondisi sang cucu yang meninggal dunia diduga akibat menderita gagal ginjal akut di Surabaya. Balita berusia empat tahun itu meninggal dunia usai dirawat selama tiga hari di RSUD dr Soetomo. Balita berinisial AAL, warga Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya itu awalnya menderita demam.
Dia kemudian dilarikan ke sebuah klinik di kawasan Pandegiling dan didiagnosis mengalami radang tenggorokan. Namun kondisi AAL tidak kunjung membaik bahkan memburuk. Dia juga tak bisa buang air besar (BAB) dan kencing hingga beberapa hari serta tak mau makan. "Di rumah dua hari tidak bisa kencing, tidak bisa BAB, dia bilang 'Sakit nenek'," kata Anisyah ditemui di rumahnya, Sabtu (22/10/2022).
Karena kondisinya semakin melemah, balita itu kemudian dirawat di Rumah Sakit Wiliam Both dan divonis menderita gagal ginjal akut. Dia lantas dirujuk ke RSUD dr Soetomo untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. "Saya sudah putar dokter ke sana sini, terus baru ketahuan gagal ginjal akut. Saya gak ngerti sakit-sakit seperti itu," ucap dia.
Nyawa AAL tak tertolong setelah menjalani perawatan selama tiga hari di ruang PICU. Menurut penuturan Anisyah, cucunya memang kerap mengonsumsi obat sirup sejak kecil saat sakit. namun tak pernah ditemukan efek samping apa pun.
Sejumlah apotek di Kota Pasuruan masih kedapatan memajang obat sirup di etalase meski penjualannya sudah dilarang oleh pemerintah. Foto:ilustrasi
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim) Erwin Astha mengimbau tenaga kesehatan (nakes) pada fasilitas pelayanan kesehatan di Jatim sementara tidak meresepkan obat sirup kepada pasien. Setidaknya hingga ada pengumuman lanjutan dari pemerintah. "Seluruh apotek juga diimbau untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah," kata Erwin, Jumat (21/10/2022).
Untuk diketahui, jumlah kasus gagal ginjal akut secara nasional hingga Selasa (18/10/2022) telah mencapai 206 kasus. Jumlah itu berasal dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak. Sementara di Jatim, hingga Kamis (20/10/2022), tercatat ada 23 kasus. Sebanyak 12 pasien di antaranya meninggal dunia. Selain itu, kata dia, anak-anak usia 0-18 tahun terutama balita, sementara diimbau untuk tidak mengonsumsi obat-obatan dalam bentuk cair atau sirop yang didapatkan secara bebas tanpa anjuran dari tenaga kesehatan.
Sejumlah kabupaten/kota sudah mengambil langkah antisipasi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pasuruan menggelar sidak di sejumlah apotek usai penerbitan larangan penjualan sejumlah obat sirup. Larangan itu terkait kasus gagal ginjal akut atau accute kidney injury (AKI) pada anak. Dalam sidak tersebut, petugas Dinkes Pasuruan menemukan sejumlah apotek masih memajang obat berbentuk cair yang dilarang oleh pemerintah di etalase.
Meski begitu, pihak apotek berdalih sudah tidak menjual obat sirup yang mengandung paracetamol kepada masyarakat. "Mulai hari ini apotek sudah tak melayani masyarakat jika ingin membeli obat sirup, sudah ditempel larangan," kata salah seorang pemilik apotek, Olivia, Kamis (20/10/2022). Dinkes Kota Pasuruan mengimbau masyarakat untuk tidak membeli obat sirup yang mengandung paracetamol. "Apotek juga diimbau untuk tak melayani atau menjual obat sirup atau cair kepada masyarakat," kata Kabid Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Dinkes Pasuruan, Ika Anggriani.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi obat sirup untuk anak-anak untuk sementara waktu. Bila ingin mengkonsumsi obat tersebut harus ada resep dan rekomendasi dari dokter.
Menko PMK Muhadjir Effendy meminta aparat di tingkat bawah seperti kepala desa, bidan desa, kepala puskesmas, proaktif mencegah gagal ginjal akut dengan menyisir anak-anak untuk sementara agar tidak minum obat sirup. Foto :Dok
"Saya imbau masyarakat supaya tidak menggunakan obat sirup sama sekali. Kecuali sudah mendapatkan rujukan dokter. Jadi terutama anak-anak 1-15 tahun mohon diwaspadai betul penggunaan obat sirup," ujar Muhadjir di Jakarta, Sabtu (22/10/2022).
Penjelasan Ahli Berdasarkan hasil pemantauan Kemenkes, intensitas kasus gagal ginjal akut misterius terlihat lebih tinggi dalam dua bulan belakangan. Sementara berdasarkan persentase kasus melaporkan total sembuh sebanyak 39 kasus. Sementara itu, untuk yang masih dalam pengobatan 69 kasus dan meninggal dunia 133 kasus.
Adapun, hasil pantauan Kemenkes menyatakan bahwa kasus gagal ginjal akut misterius menyerang anak rentang usia 1 sampai 5 tahun dengan total 153 kasus. Kemudian, usia 6 sampai 10 tahun 37 kasus, di bawah 1 tahun sebanyak 26 kasus, dan 11 hingga 18 tahun 25 kasus. Muhadjir meminta agar pelayanan kesehatan dari tingkat terkecil di desa atau kelurahan untuk proaktif turun dan melakukan penyisiran kasus.
Dia memerintahkan perangkat kesehatan di desa ataupun kelurahan untuk mengecek dan mendata riwayat kesehatan serta obat yang dikonsumsi anak-anak. Apalagi, saat ini untuk melakukan pendataan anak-anak sudah lebih terbantu dengan adanya data penanganan stunting di daerah-daerah sampai tingkat desa yang bisa membantu untuk mengecek kondisi kesehatan anak.
"Saya mohon pihak Kepala Desa, bidan desa, Kepala Puskesmas untuk menyisir anak-anak usia 15 tahun ke bawah untuk dilakukan pemeriksaan secara masif baik mereka yang sudah memakai obat sirup maupun yang belum," katanya.
Muhadjir juga mengatakan, adanya kasus ini harus menjadi momentum reaktivasi pelayanan kesehatan dasar untuk memperkuat pelayanan kesehatan masyarakat. Menurutnya, kasus ini harus dicegah jangan sampai ketika parah baru kemudian ditangani yang kemudian bisa menyebabkan fatalitas. "Yang paling penting kita harus cermati seluruh anak-anak yang dibawah 15 tahun di seluruh Indonesia. Tidak boleh dari pihak pelayanan kesehatan menunggu mereka datang diobati," kata Muhadjir.iNewsPasuruan
Editor : Bian Sofoi
Artikel Terkait