NAIROBI, iNewsPasuruan.id - Aliran sesat Gereja Internasional Kabar Baik sedang diselidiki terkait pemaksaan ritual puasa sampai mati yang menelan korban 89 orang. Jumlah korban diperkirakan bertambah karena ada laporan 200 orang hilang.
Menteri Dalam Negeri Kenya Kithure Kindiki mengatakan, jumlah korban tewas 89 orang diketahui setelah membongkar lahan di sekitar markas sekte yakni Gereja Internasional Kabar Baik. "Saya diberitahu oleh mereka yang bertanggung jawab, sampai saat ini, di atas angka yang diberikan kemarin sebanyak 73, kami bisa menemukan, sampai jam ini 16 mayat lagi, sehingga total menjadi 89," kata Kindiki, dilansir Reuters, Selasa (25/4/2023).
Sebelumnya petugas menemukan 51 mayat terkait aliran sesat ditemukan terkubur di hutan Kenya bagian timur. Polisi terus menyisir hutan guna melanjutkan pencarian para korban. Petugas berharap masih dapat menemukan korban selamat dari aliran sesat yang memaksa jemaatnya puasa hingga tewas agar bertemu Tuhan tersebut.
Pemerintah Kenya telah menggelar investigasi skala penuh ke Gereja Good News International dan pemimpinnya. Minggu lalu, polisi menemukan mayat pertama yang diduga terkait aliran sesat tersebut di hutan Shakahola. Selama akhir pekan lalu, petugas menemukan belasan mayat setelah menggali tanah di area hutan seluas 325 hektare. Polisi menyebut kasus itu sebagai 'Pembantaian Hutan Shakahola'.
Inspektur Jenderal Polisi, Japhet Koome meninjau lokasi tersebut pada hari Senin di mana tim yang mengenakan baju hazmat telah memeriksa lebih banyak liang kubur. Mereka juga masih mencari kemungkinan orang-orang yang selamat dari sekte tersebut. Ada dugaan, beberapa anggota sekte masih bersembunyi di sekitar hutan. Mereka berisiko tewas jika tidak segera ditemukan. Sejumlah orang yang ditemukan selamat segera dibawa ke rumah sakit di Malindi.
Sebuah kelompok hak asasi yang melapor ke polisi tentang gerakan tersebut dan praktik ekstremnya mengatakan, setidaknya satu dari mereka yang diselamatkan menolak makan. Padalah jelas-jelas dia mengalami penderitaan fisik. Palang Merah Kenya mengatakan, stafnya di Malindi melaporkan 112 orang telah hilang.
Menurut media lokal, bulan lalu, pemimpin sekte, Makenzie Nthenge, menyerahkan diri ke polisi dan didakwa setelah dua anak mati kelaparan dalam tahanan orang tua mereka. Namun dia telah dibebaskan dengan jaminan 700 dolar AS atau sekitar Rp10 juta. Menteri Dalam Negeri Kenya, Kithure Kindiki diperkirakan akan mengunjungi lokasai penemuan mayat pada Selasa (25/4/2023).
Dia menyebut kasus itu sebagai 'penyalahgunaan hak asasi manusia untuk kebebasan beribadah' yang paling jelas diatur secara konstitusional. Tetapi upaya untuk mengatur agama di negara mayoritas Kristen itu telah ditentang keras di masa lalu. Hal itu karena dinilai sebagai upaya untuk merusak jaminan konstitusional untuk pemisahan antara gereja dan negara.
https://www.inews.id/news/internasional/51-mayat-korban-aliran-sesat-di-kenya-ditemukan-dipaksa-puasa-sampai-mati-agar-bertemu-tuhan.
Editor : Bian Sofoi