Tak ingin terpuruk, dia akhirnya bekerja sebagai asisten apoteker di salah satu apotek di Banyuwangi. Pada 2017, tekad untuk menjadi tentara terus berkobar.
Fadlul kembali mendaftar Akmil di tahun itu. Lagi-lagi kisah pahit terulang. Dirinya gagal di tingkat parade. Menyerah? Belum.
Fadlul mengulang jejak terdahulu dengan mendaftar bintara TNI AD. Untuk memperbesar peluang mencapai cita-citanya, pemuda kelahiran 10 April 1998 ini juga mendaftar Taruna AAU.
Harapan itu sempat membuncah di AAU karena tes demi tes berhasil dilalui. Namun toh akhirnya gagal juga yang didapat.
"Di AAU saya gagal di kesehatan. Katanya detak jantung saya di bawah 60," ujarnya. Tak ingin menyerah, Fadlul juga memutuskan mendaftar di bintara AU.
Sama seperti sebelumnya, dia juga gagal. Setahun berikutnya atau pada 2018, dia kembali meretas asa.
Fadlul mendaftar Akmil. Kali ini melalui Kodam Jaya, Jakarta. Ada cerita tersendiri mengapa dia akhirnya mengikuti seleksi di Ibu Kota.
Ini karena orang tua sudah tidak punya biaya sehingga dirinya disarankan untuk tinggal bersama kakaknya di Jakarta. Sang kakak ternyata seorang anggota TNI berpangkat sersan dua.
Di tahun itu Fadlul selain mendaftar Akmil juga mencoba peruntungan masuk AAU. Berbagai tahapan tes dilalui hingga tingkat panda.
Di situlah dirinya harus memilih, mengikuti tes untuk masuk Akmil atau AAU. Fadlul memutuskan untuk tetap masuk Akmil. Sayangnya, perjalanan panjang itu tak berujung manis.
"Saya gagal," kata dia.
Selain mengasah kemampuan akademis, dia juga terus menempa fisik. Setahun berikutnya atau pada 2019, Fadlul kembali mendaftar Akmil. Perjuangan keras disertai doa selama bertahun-tahun membawa hasil membanggakan.
"Di tingkat panda Alhamdulillah saya juga rangking 1 dan akhirnya lulus," ucapnya.
Selama di Jakarta, meski dekat dengan kakaknya, Fadlul tidak tinggal bersama. Dia memilih hidup di salah satu masjid di kompleks perumahan Kodam Jaya di Jatiwarna, Bekasi. Di situ dirinya menjadi takmir.
Di tempat itu pula dia mengajar ngaji anak-anak kecil dan remaja. Fadlul menghidupkan berbagai kegiatan keagamaan melalui remaja masjid.
Di sela-sela menjadi takmir, dia terus berkonsultasi kepada kakaknya, bagaimana cara menembus tentara. Fadlul mengaku sangat berkeinginan menjadi prajurit komando alias masuk Kopassus.
Kakaknya menyarankan, untuk menjadi tentara tidak mudah. Selain fisik bagus, juga kemampuan akademik. Karena itu Fadlul menempa jasmaninya dengan latihan lari pagi dan sore hari.
"Saya tiap hari bangun jam 3 (pagi), salat tahajud, (lanjut) salat subuh. Lari pagi. Selama 24 jam ini waktu waktu saya sudah diatur sehingga psiko saya itu terbentuk," ucapnya dalam wawancara dengan salah satu radio Magelang yang diunggah akun YouTube Pen Humas Akmil.
Beruntung di perumahan itu juga terdapat mahasiswa salah satu perguruan tinggi jurusan matematika. Dari mahasiswa itu dirinya banyak belajar. Fadlul tak kuasa mengungkapkan kebahagiaannya diterima di Akmil.iNewsPasuruan
Editor : Bian Sofoi