get app
inews
Aa Read Next : Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah Kamis 23 Maret 2023

Kisah Pedih Manusia Tertinggi di Dunia, Meninggal Dunia di Usia Muda akibat Infeksi Kaki

Jum'at, 09 Desember 2022 | 05:30 WIB
header img
Robert Wadlow saat berumur 18 tahun, berdiri di dekat lampu lalu lintas untuk pejalan kaki di Kota New York, AS, pada 7 April 1937. Robert bediri di samping ayahnya, Harold Wadlow, sementara orang-orang mengelilingi mereka. (Foto: AP)

JAKARTA, iNewsPasuruan.id – Robert Pershing Wadlow tercatat sebagai manusia tertinggi yang pernah ada dalam sejarah manusia abad ke-19. Ketinggian Wadlow tercatat 2,72 meter pada usia 22 tahun. Namun kisah Wadlow tak sepanjang jangkauan kakinya. Ada kisah sedih di balik popularitas Wadlow sebagai manusia tertinggi. Dia meninggal dunia akibat kakinya terinfeksi, seperti apa kisahnya?

Wadlow lahir di Alton, Illinois, AS, pada 22 Februari 1918. Saat pertama kali menghirup udara di dunia ini, beratnya 3,8 kg dan panjang badan 51 cm. Kondisi itu terbilang normal, seperti bayi yang sehat pada umumnya. Akan tetapi, tubuhnya mengalami pertumbuhan pesat dalam bilangan bulan dan tahun berikutnya.

Sewaktu baru berumur 6 bulan, tingginya mencapai 88 cm dengan berat 14 kg. Dan pada usia 6 tahun, tingginya sudah 170 cm dengan berat 66 kg seperti layaknya orang dewasa. Dilansir dari laman Guinness World Records, sebagai gambaran betapa tinggi dan besarnya Wadlow, pada saat usianya 22 tahun, tingginya mencapai 2,72 m.

Berat badannya nyaris 200 kg, atau tepatnya 199 kg. Sementara ukuran sepatunya menurut standar Amerika Serikat adalah 37AA (47 cm). Sayangnya, karena tinggi dan berat badannya yang ekstrem, Wadlow mengalami cedera kaki sepanjang hidupnya.

Kondisi tersebut menyebabkannya membutuhkan perhatian medis di Rumah Sakit Barnes di St Louis, Missouri, beberapa kali, menurut artikel surat kabar yang ditranskripsikan oleh Illinois Genealogy Trails. Dalam satu kesempatan pada 1932, Wadlow dibawa ke rumah sakit setelah terpeleset di jalan saat bermain dengan seorang teman.

Saat itu, usianya baru 14 tahun. Akibat peristiwa itu, dua tulang di kakinya ditemukan patah dan sejak saat itu, Wadlow harus memakai penyangga pergelangan kaki untuk menopang perawakannya yang besar. 

Pada umur 17 tahun, Wadlow dirawat di rumah sakit selama delapan minggu karena infeksi yang disebabkan alas sepatu yang dirancang untuk menopang lengkungan kakinya. Dibutuhkan delapan pria dan tandu yang diperkuat untuk membawa Wadlow ke rumah sakit.

 Dr Charles Humberd, dokter yang mendalami masalah gigantisme, berkunjung  memeriksa Wadlow pada1936, ketika umurnya 18 tahun. Salah satu hal yang dicatat Humberd dalam laporannya adalah, kurangnya rasa atau sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan suhu di kaki Wadlow.

“Dia tidak menyadari kerutan di kaus kakinya atau benda asing di sepatunya sampai (kakinya) melepuh, diikuti oleh bisul yang terbentuk,” kata sang dokter. Memiliki kaki terbesar di dunia tidak hanya membuat Wadlow kesakitan, tapi juga menyebabkan keluarganya harus mengeluarkan uang yang amat banyak.

Sepasang sepatu super besar Wadlow berharga 100 dolar AS (lebih dari 2.000 dolar AS jika disesuaikan dengan inflasi pada 2022). Harga itu setara dengan Rp31 juta. Untuk membayar biaya yang terus meningkat dari tubuhnya yang terus tumbuh besar, Wadlow yang sudah berusia 20 tahun mulai melakukan tur dengan  International Shoe Company.

Perusahaan sepatu besar yang berbasis di Missouri, AS, itulah yang secara rutin memberikan sepatu buatan mereka kepada Wadlow. Sejak itu, Wadlow dan ayahnya melakukan perjalanan hampir 500.000 km, mengunjungi lebih dari 800 kota dan 41 negara bagian di AS untuk mempromosikan sepatu buatan International Shoe Company.

Namun, dalam salah satu turnya, Wadlow jatuh sakit parah. Setelah mengikuti parade Hari Kemerdekaan di Festival Hutan Nasional Manistee 1940 di Michigan, dia kembali ke kamar hotelnya dalam keadaan demam. Penyebab penyakitnya adalah lepuh yang terinfeksi di pergelangan kaki kanannya, yang terbentuk akibat penyangga besi yang baru dipasang menggores kulitnya. Wadlow tidak menyadari luka itu karena kurangnya sensasi di tubuhnya.

Setelah menolak pergi ke rumah sakit, Wadlow dirawat oleh seorang dokter di kamar hotelnya. Meskipun menerima operasi darurat dan transfusi darah, kondisinya semakin memburuk. Ketika mengetahui penyakit putranya, Harold Wadlow, langsung terbang ke Michigan bersama adik laki-laki Robert Wadlow, Harold Jr.

“Saat kami melihat Robert di Michigan, dia sangat pendiam. Suhu tubuhnya sangat tinggi,” kenang Harold Jr dalam wawancara dengan Dan Brannan untuk buku Boy Giant. Pada malam 14 Juli 1940, Robert berbicara kepada orang tuanya untuk terakhir kalinya.

Lelaki berusia 22 tahun yang terbaring di tempat tidur itu mengungkapkan kesedihannya karena tidak bisa menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan emas kakek neneknya di akhir bulan. “Dokter bilang aku tidak akan pulang untuk...perayaan,” ujarnya kala itu. Robert Wadlow tertidur malam itu, dan tidak pernah bangun lagi.

Sumber https://www.inews.id/news/internasional/kisah-sedih-manusia-tertinggi-di-dunia-meninggal-di-usia-muda.

Editor : Bian Sofoi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut