MINAHASA, iNewsPasuruan.id - Daging kucing ternyata menjadi kuliner khas di Sulawesi Utara. Sebagian orang masih melakukan budaya makan kucing dan masih ada hingga sekarang. Tak hanya soal rasa dan selera namun mitos yang menyertainya. Selama ini daging kucing masih ada yang menjualnya. Dagingnya masih dijumpai di pasar dan rumah makan tertentu hingga ada pula yang memasaknya di rumah sebagai sajian seperti halnya ikan pada umumnya.
Warga Minahasa menyebut daging kucing dengan nama ikang tusa. Mengonsumsinya dengan tujuan untuk merekatkan warga tetap rukun sebagai interaksi sosial antara individu dan individu yang lain. Hal tersebut terlepas dari anggapan bagi kebanyakan orang, kucing merupakan hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan. Tapi bagi penggemar kuliner ekstrem, dagingnya enak disantap.
Budaya makan kucing di Sulawesi Utara, kenapa masih ada hingga sekarang, selain karena memang hobi makan daging kucing, sebagian besar warganya pun piawai meramu bumbu masakan hingga daging kucing nikmat disantap. Dirangkum dari berbagai sumber, makan daging kucing di Sulawesi Utara ini sudah menjadi budaya sejak dahulu. Apalagi daging kucing dipercaya dapat mengobati penyakit asma.
Melansir Sindonews.com, bagi warga Sulawesi Utara yang beragama Kristen, hewan-hewan tersebut adalah santapan lezat. Mereka biasa menyebut jenis makanan ini dengan nama depan ikan atau ikang. Tidak ada alasan khusus kenapa orang Manado makan kucing dan hewan lainnya. Menurut seorang warga Manado beragama Kristen (di luar Kristen Advent), Wido Merung alasan menyantap hewan ini karena kelezatan saja.
Bahkan, Wido mengaku sudah pernah mencicipi semua jenis ikan yang ada di Manado, termasuk kucing. “Daging kucing rasanya hampir seperti kelinci, cuma dagingnya agak sedikit berserat seperti daging ayam,” ujarnya. “Tikus rasanya sedikit manis, dan tidak ada persamaan rasanya dengan hewan manapun,” lanjutnya. “Demikian juga dengan anjing, belum ada persamaan rasa dagingnya, cuma habis makan badan terasa panas,” kata Wido lagi.
Editor : Bian Sofoi