Memilukan, Jenderal Ini Mengumpulkan Isi Kepala Prajurit yang Gugur Ditembak Musuh di Medan Perang

Dalam biografinya yang berjudul "Jenderal TNI Dudung Abdurachman: Pemimpin yang Berani Mengambil Risiko" yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad), Dudung yang baru saja menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer (Akmil) pada 1988 itu ditugaskan sebagai Peleton. Komandan III, Kompi B Yonif 744/Satya Yudha Bakti di Dili, Timor Leste.
Sebagai prajurit TNI, tugas ini merupakan suatu kehormatan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Apalagi, tidak banyak prajurit muda lulusan AKABRI yang langsung terjun ke medan perang saat itu. Tergabung dalam Timsus Kasador, Dudung bertugas mengejar dan memburu pemberontak bersenjata yang berada di pegunungan Mappe.
Amanah itu dibayar penuh oleh Dudung. Selama bertugas di Timor Timur, Dudung berhasil menunjukkan kebolehannya bertarung di hutan. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 19 November 1965 ini berhasil menghancurkan dan mengobrak-abrik pasukan Fretilin. Hal ini tak lepas dari strategi Dudung yang selalu menghadirkan tim khusus (timsus) yang terdiri dari prajurit-prajurit pilihan dan orang Timor asli yang diberdayakan untuk membantu pasukannya.
Kemampuan inilah yang membuat Dudung menonjol dalam operasi tempur melawan Fretilin. Meski begitu, keberhasilannya menumpas para pemberontak harus dibayar mahal. Salah satu anggotanya bernama Prada Wayan Wadane tewas ditembak musuh. Kejadian tragis itu bermula saat Dudung dan pasukannya yang tergabung dalam Tim Kasador menyisir pegunungan Mappe untuk memburu para pemberontak.
Ketika sedang beristirahat, Prada Wayan Wadane yang bertugas menyiapkan logistik untuk pasukan bersiap untuk memasak. Nahas, saat tengah mendaki ketinggian untuk mengambil tiga batu yang akan digunakan sebagai tempat memasak, Prada Wayan Wadane ditembak musuh tepat di bagian kepala. Tembakan tersebut membuat otaknya pecah. “Saya mengumpulkan dan memasukkan kembali ke dalam tengkorak kepalanya,“ kenang Dudung dikutip SINDOnews, Jumat (3/3/2023).
Jenazah Prada Wayan Wadane kemudian dibawa ke Kota Dili menggunakan helikopter. Setelah jenazah anggota pasukannya diterbangkan ke Dili, Dudung bersama pasukannya langsung memburu para pelaku penyerangan. Upaya pengejaran pun berhasil, Dudung bersama pasukannya berhasil menghabisi para penyerang. Keberhasilan menantu Mayjen TNI (Purn) Cholid Chozali menjalankan tugas operasi di Timtim membuatnya kembali ditugaskan dalam Operasi di Aceh.
Selain menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Dudung yang saat itu sudah berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri dan menjabat sebagai Danyon Inf 143/TWEJ juga memiliki tugas berat memulihkan nama baik kesatuan. Setelah melakukan evaluasi atas kegagalan dalam operasi keamanan sebelumnya, Dudung kemudian melakukan perubahan strategi. Keberanian dan kemampuannya dalam memimpin pasukan membuahkan hasil. Setelah beberapa bulan bertugas, Dudung bersama pasukannya berhasil menangkap pemberontak dan merebut berbagai jenis pucuk senjata.
Keberhasilan ini membuat Dudung mampu mengembalikan citra kesatuannya. Kemampuannya dalam memimpin pasukan disertai dengan keberaniannya mengambil risiko membuat karier militer Dudung melesat. Berbagai jabatan strategis pun disandangnya. Di antaranya, Gubernur Akmil, Pangdam Jaya, Pangkostrad dan kini menjabat sebagai orang nomor satu di TNI AD sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
https://nasional.sindonews.com/read/1036919/14/memilukan-jenderal-tni-ini-kumpulkan-isi-kepala-prajuritnya-yang-gugur-ditembak-di-medan-operasi-1677798237
Editor : Bian Sofoi