PASURUAN, iNewsPasuruan.id - Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak pahlawan wanita. Para pahlawan wanita ini memiliki jasa besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, salah satunya dalam pertempuran Surabaya yang pecah pada 10 November 1945. Dilansir iNews.id, berikut 3 pahlawan wanita asal Jawa Timur dalam pertempuran Surabaya, 10 November 1945.
1. Lukitaningsih dan Anggota PPRI
Lukitaningsih merupakan ketua organisasi PPRI atau Pemuda Putri Republik Indonesia. PPRI merupakan organisasi rakyat yang bersifat ketentaraan atau militer. Lukitaningsih mengajak para perempuan untuk bergabung dalam pembelaan kemerdekaan yang disebarluaskan melalui surat kabar Soerakjat pada 24 Oktober 1945.
Pada 10 November 1945, pertempuran pun terjadi dan para anggota PPRI terjun ke medan perang. Secara mendadak, PPRI membentuk palang merah khusus untuk mengurus para korban untuk dibawa ke pos-pos alang merah dan rumah sakit terdekat.
Lukitaningsih dan para anggota PPRI berjasa dalam membantu para pejuang yang terluka di medan perang. Mereka juga berperan penting dalam merawat dan mengobati para korban pertempuran.
2. Bu Dariah (Bu Dar Mortir)
Di belakang garis tempur, para perempuan juga berperan penting dalam memastikan agar dapur umum terus menghasilkan makanan bagi para pejuang. Bung Tomo, yang saat itu prihatin dengan urusan logistik meminta agar sumbangan makanan dikirimkan dalam bentuk bahan mentah yang kemudian didistribusikan ke dapur-dapur umum.
Relawan dapur umum mayoritas diisi oleh ibu-ibu, salah satunya merupakan Ibu Dariyah yang kerap disapa Bu Dar Mortir. Bu Dar Mortir terkenal dengan ketegasannya dalam mengatur proses pengambilan ransum makanan.
Dia juga kerap melemparkan kunyahan daun sirih dan tembakau kepada para prajurit yang tidak tertib. Kunyahan daun sirih tersebut juga berbentuk bulat seperti mortir.Sikap Bu Dar Mortir tersebut membuat para prajurit menjadi lebih tertib dalam mengambil ransum makanan. Dia juga berperan penting dalam menjaga ketertiban di dapur umum.
3. Riet, Pahlawan Wanita yang Tak Kenal Lelah
Riet merupakan salah satu pahlawan wanita asal Jawa Timur yang berperan penting dalam pertempuran Surabaya. Ia merupakan seorang anggota palang merah, sedangkan suaminya, Boenakim, seorang komandan pos dekat Pasar Kupang. Pada tanggal 10 November 1945, pasukan tentara Inggris menyerang Banyuurip secara brutal. Dalam serangan tersebut, Boenakim tertembak dan meninggal dunia di pangkuan Riet.
Riet yang masih syok dan berduka, tidak memiliki waktu untuk menangis. Ia langsung bergabung dengan para pejuang lainnya untuk membantu para korban pertempuran. Riet tidak hanya membantu merawat para korban yang terluka, tetapi juga ikut berjuang di medan perang. Ia juga membantu mengatur dapur umum untuk menyediakan makanan bagi para pejuang.
Riet juga berperan penting dalam rapat-rapat strategis yang dilakukan para pejuang. Ia memberikan masukan dan saran yang berharga untuk memenangkan pertempuran.
Perjuangan Riet dan para pahlawan wanita lainnya menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang dengan gigih dan tanpa pamrih untuk membela bangsa dan negara.
Keberadaan pahlawan wanita asal Jawa Timur dalam pertempuran Surabaya menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang dengan gigih dan tanpa pamrih untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Editor : Bian Sofoi