Pada tahun 1898 atau 68 tahun kemudian, Jan Bik yang beralamat tinggal di Batavia menghadiahkan album bersampul kain linnen merah kepada Rijksmuseum di Amsterdam Belanda. Album itu berisi 98 lembar halaman yang tertempel 74 gambar dan beberapa litografi. Salah satu gambar yang tertempel itu dan menjadi gambar terpenting adalah lukisan sketsa wajah Pangeran Diponegoro.
“Sketsa pensil dari seorang pria, yang digambarkan hanya separuh badan: dia duduk di atas kursi,” tulis Harm Stevens dalam Yang Silam Yang Pedas, Indonesia dan Belanda Sejak Tahun 1600. Seperti yang tercatat dalam sumber sejarah. Dari Batavia, Pangeran Diponegoro kemudian menjalani pembuangan ke Manado (1830) dan berlanjut di Fort Rotterdam, Makassar (1833). Pada pukul setengah tujuh pagi tanggal 8 Januari 1855, pangeran Jawa yang sangat ditakuti Kolonial Belanda itu, wafat di tanah pengasingannya. Teks dari akta kematian itu menyebut, meninggal dunia sebagai akibat dari menurunnya tenaga karena usia lanjut.iNewsPasuruan
Editor : Bian Sofoi
Artikel Terkait