MANILA, iNewsPasuruan - Foto delapan warga Filipina rela kaki dan tangannya dipaku di tiang salib untuk memperagakan penderitaan Yesus Kristus bikin merinding. Tradisi berdarah yang sudah dilarang oleh Gereja Katolik ini berlangsung dalam perayaan Jumat Agung.
Tradisi kontroversial ini dijalankan lagi setelah tiga tahun absen karena pandemi Covid-19. Momen mengerikan itu bahkan disiarkan secara online untuk menarik ribuan warga lokal dan turis asing.
“Saya selalu merasa gugup karena saya bisa mati di kayu salib,” kata Ruben Enaje (62), salah satu peserta penyaliban, kepada AP. Tradisi berdarah terjadi di wilayah desa pertanian San Pedro Cutud di provinsi Pampanga, Filipina, Jumat (7/4/2023).
Untuk pertama kalinya tradisi menyakitkan tersebut digelar lagi sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Sekitar 12 penduduk desa mendaftar untuk memperagkan penyaliban Yesus Kristus, tetapi hanya delapan pria yang berpartisipasi, termasuk Enaje (62)—pelukis yang dipaku di kayu salib untuk ke-34 kalinya sepanjang hidupnya di San Pedro Cutud.
Dalam konferensi pers tak lama setelah penyaliban singkatnya, Enaje berdoa untuk pemberantasan virus Covid-19 dan berakhirnya invasi Rusia ke Ukraina, yang telah menyebabkan harga gas dan pangan melonjak di seluruh dunia.
“Hanya dua negara yang terlibat dalam perang itu, Rusia dan Ukraina, tetapi kita semua terkena dampaknya,” kata Enaje, yang tampak sehat dan menunjukkan kedua tangannya yang diperban kepada wartawan.
Ayah empat anak itu mengaku ingin pensiun dari tradisi berdarah karena usianya, tetapi akan memutuskan dengan pasti sebelum Paskah tahun depan. Meski sakit akibat dipaku, dia mengaku selalu gelisah sebelum dipaku di tiang salib.
Editor : Bian Sofoi
Artikel Terkait