DILI, iNewsPasuruan.id - Media Belanda De Groene Amsterdammer merilis laporan mengejutkan. Mereka menduga peraih Nobel Perdamaian dan Pahlawan Nasional Timor Leste, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo melakukan kekerasan seksual pada anak. Salah satu petinggi Gereja Katolik Timor Leste tersebut diduga melakukannya selama bertahun-tahun. Gereja Katolik sudah memberlakukan pembatasan perjalanan untuk Belo. Media Belanda, dalam laporan investigasinya, mengutip pengakuan para korban dugaan kejahatan seksual Uskup Belo.
Paulo—nama samaran—menceritakan dugaan kejahatan yang dia alami. Baca juga: Seorang Wanita India Diculik 36 Hari dan Diperkosa Beramai-ramai Saat itu hari Minggu pagi. Paulo berdiri di antara umat lainnya mendengarkan dengan penuh perhatian misa yang diadakan Uskup Belo di taman tropis di kediamannya di Dili, Ibu Kota Timor Leste. Setelah misa, Belo berjalan ke arah Paulo, yang saat itu masih remaja berusia antara 15 atau 16 tahun.
"Dia meminta saya untuk datang ke tempatnya," kata Paulo, yang sekarang berusia 42 tahun. Dia ingin tetap anonim demi privasi dan keselamatan dirinya dan keluarganya. Dia mengatakan suatu kehormatan baginya diundang oleh Uskup Belo. "Saya sangat senang," katanya.
Uskup Belo bukan hanya pemimpin kuat gereja Katolik Roma di Timor Leste, tetapi juga pahlawan nasional dan mercusuar harapan bagi rakyat di negara itu. Dia pernah berbicara untuk rakyat di negara itu, yang menurutnya sangat menderita di bawah pendudukan Indonesia yang ekstrem dan kejam (1975-1999). Dia kala itu juga menuntut penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM) dan penentuan nasib sendiri.
Kembali ke cerita Paulo, pada sore hari tanpa curiga Paulo pergi ke kediaman Uskup Belo di jalan pesisir Dili dengan pemandangan laut yang indah. Malam itu Belo membawanya ke kamar tidurnya. "Uskup melepas celana saya, mulai menyentuh saya secara seksual dan melakukan seks oral pada saya," kata Paulo. Bingung dan kaget remaja lantas tertidur.
Ketika dia bangun, "Dia memberi saya sejumlah uang," kenangnya. "Di pagi hari saya lari cepat. Saya sedikit takut. Saya merasa sangat aneh." Paulo merasa malu, sampai dia menyadari: "Ini bukan salah saya. Dia telah mengundang saya. Dia adalah imam. Dia adalah seorang uskup. Dia memberi kami makanan, dan berbicara baik pada saya. Dia mengambil keuntungan dari situasi itu."
Editor : Bian Sofoi