Sayid dan Syekh serta Kisah Perpecahan Orang-Orang Arab di Nusantara

Solichan Arief
Komunitas Arab di Nusantara (repro).

Soerkati yang merupakan pengikut Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dari Mesir, mengajarkan kesetaraan semua mukmin. Sikap lantang Soerkati mendapat dukungan komunitas Arab non sayid, terutama syekh yang sudah lama ingin lepas dari pengaruh sayid. “Sayid sangat terhina dan merasa terancam,” tulis Huub De Jonge. Pada tahun 1914, Ahmad Soerkati memutuskan hengkang dari Jamiat Khair, dan mendirikan Jamiyah al-Islah-wal-Irsyad atau Al-Irsyad (Perhimpunan untuk Reformasi dan Kepmimpinan). Ia hendak mewujudkan emansipasi kelas bawah dalam komunitas Arab di Nusantara.

Al-Irsyad mengutamakan kesetaraan semua orang (sama rata sama rasa), bukan keturunan. Pertarungan antara kubu sayid dan syekh di Hindia Belanda berlangsung sengit. Golongan sayid tidak mendiamkan serangan. Sayid dengan Rabitah Alawiyahnya (Persatuan keturunan Nabi) menuding golongan syekh sebagai komunis, tukang fitnah dan pelaku bid’ah. Sebaliknya sayid dicela sombong, angkuh dan berprilaku bergelimang dosa. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang sejak awal kurang menyukai kehadiran orang-orang Arab di Nusantara, secara tidak langsung menginginkan perpecahan itu.

Snouck Hurgronje yang selalu berfikir menjaga kepentingan kolonialisme Belanda, berusaha menjauhkan pribumi Jawa dari keturunan Arab yang baginya identik dengan Islam. Snouck merupakan penasihat terpenting khusus Urusan Arab di Hindia Belanda (Islamitischeen Arabische Zaken). Snouck selalu mengaitkan soal Arab dan keturunan Arab di Nusantara dengan gerakan Pan Islam di Hindia Belanda. Dia khawatir Islam dan gerakan Pan Islamisme akan semakin tersebar luas. Bagi kolonial Belanda, konflik intenal orang-orang Arab akan menenggelamkan isu Pan Islamisme.

Premis itu diperkuat keterangan tertulis Godard Arend Johannes Hazeu, yang juga penasihat Kantor Urusan Pribumi dan sekaligus murid Snouck Hurgronje. “Fanatisme dan Pan Islam, hal ini tidak dapat dibantah, tidak merupakan kata-kata kosong bagi pemerintah kita (Hindia Belanda), soal-soal ini dapat menimbulkan banyak keributan dan kekacauan di Pulau Jawa dan setiap waktu dapat menempatkan pemerintah dalam keadaan yang sangat sulit,” katanya. 

Editor : Bian Sofoi

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network