Kisah Syekh Malang Sumirang, Tetap Hidup saat Dibakar Hidup-hidup oleh Sunan Kudus di Alun-alun

Solichan Arief
Sunan Kudus. Foto/Wikipedia

Sejak kecil Syekh Malang Sumirang dikenal sebagai bocah yang cerdas dan pemberani. Oleh ayahnya, ia dipondokkan ke pesantren Sunan Ampel yang tak lain pamannya sendiri. "Di Pesantren Ampeldenta, Raden Jatiswara bersahabat akrab dengan Kebo Kenanga, teman sesama santri yang sebaya umurnya. Mereka juga bergaul dekat dengan Sunan Ali Hasan (kelak menjadi Syekh Siti Jenar) yang juga menjadi santri di Ampel," tulis Yudhi AW dalam buku Jalan Gila Menuju Tuhan, Kisah Moksanya Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging & Syekh Malang Sumirang dalam Babad Jaka Tingkir (2013).

Dari Ampel Denta, Malang Sumirang melanjutkan nyantri ke pesantren Sunan Giri di Gresik. Ia menyukai ilmu tasawuf. Selepas dari pesantren Giri Kedaton Syekh Malang Sumirang memutuskan mengembara. Ia tinggal di mana saja di mana sebagian orang menjumpainya berada di atas pohon besar. Pohon besar itu menjadi tempatnya istirahat sekaligus melakukan laku tirakat. Dari situ ia mendapat julukan Sunan Panggung. Selama sepuluh tahun Syekh Malang Sumirang menjalani kehidupan tak lazim.

Ia menyebut hidupnya sebagai Thariq Rabbani atau jalan gila menuju Tuhan. Namun yang membuat marah penguasa Kerajaan Demak ketika Syekh Malang Sumirang terang-terangan memelihara dua ekor anjing yang diberinya nama iman dan tokid. Malang Sumirang dituding sesat sekaligus dianggap telah menghina ajaran syariat. Sultan Kudus yang mana sebagai keponakan Syekh Malang Sumirang diminta Sultan Trenggono untuk mengajak pamannya kembali ke jalan lurus.



Editor : Bian Sofoi

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network