Jejak Kejayaan Segitiga Emas, Pasuruan Menguasai Pabrik Gula Era Kolonial Belanda, Tembus 91 Unit

Edi Purwanto, Solichan Arif
Salah satu pabrik gula di Pasuruan era Kolonial Belanda. (POJ Pasuruan 1915.). (Foto:dok. KITLV)

PASURUAN, iNewsPasuruan.id -  Pasuruan adalah wilayah strategis di Jawa Timur. Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf menyebut wilayahnya adalah segitiga emas. Kabupaten Pasuruan berada di tengah-tengah, menghubungankan Malang-Blitar. Ke Timur menghubungkan Probolinggo hingga Banyuwangi. Secara langsung juga menjadi penyangga Kota Surabaya.

Tidak hanya pada masa Pemerintahan Jokowi, Pasuruan pada era Kolonial Belanda terkenal sebagai kawasan pabrik gula. Jumlah pabrik gula di wilayah Pasuruan menembus 91 pabrik gula, lebih banyak dibanding daerah lainnya.

Tercatat sejak tahun 1828 atau dua tahun sebelum Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) berakhir, Pasuruan memiliki 21 pabrik gula. Hanya dalam waktu 12 bulan, jumlah pabrik gula berlipat menjadi 51 unit.

Pada tahun 1831, setahun setelah Perang Jawa tamat, jumlah pabrik gula di Pasuruan bertambah menjadi 91 unit. “Produksi gulanya mencapai 29.513 pikul per tahun,” demikian yang tertulis dalam buku Bandit-bandit Pedesaan di Jawa Studi Historis 1850-1942. Sesuai catatan tahun 1834, area tanaman tebu yang diikuti pabrik gula di Pasuruan telah menyebar di delapan distrik, antara lain  distrik Rejoso, Kota Pasuruan, Kraton, Jati, Wangkal, Kebon Candi, Winongan, Grati dan Ngampit. Luas lahan yang bertanaman tebu mencapai 12.514 hektare.

Editor : Bian Sofoi

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network