get app
inews
Aa Text
Read Next : Pengakuan Tersangka Suntik Mati: Cemburu Foto Kades Ada di HP Istri, Hanya Ingin Beri Efek Jera

Presiden Putin Bahas Perang Nuklir setelah Biden Tawarkan Berunding

Rabu, 03 Agustus 2022 | 17:44 WIB
header img
Ilustrasi perang nuklir yang terjadi di kota berpenduduk padat. Foto/castellex.com/sindonews

MOSKOW,iNewsPasuruan.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mengomentari prospek perang nuklir setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Rusia merundingkan kesepakatan pengendalian senjata baru. Perundingan itu berpotensi menggantikan perjanjian New Start yang penting. Putin membuat pernyataan pada Senin (1/8/2022) dalam suratnya kepada peserta konferensi tinjauan Traktat Non-Proliferasi (NPT) kesepuluh.

“Rusia secara konsisten mengikuti surat dan semangat Perjanjian. Kewajiban kami di bawah perjanjian bilateral dengan Amerika Serikat tentang pengurangan dan pembatasan senjata yang relevan juga telah dipenuhi sepenuhnya," ungkap Putin. 

Dia menambahkan, “Moskow percaya tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dilepaskan." Presiden Putin mengatakan Rusia percaya semua negara yang mengikuti aturan NPT harus memiliki akses ke penggunaan energi nuklir secara damai tanpa syarat apa pun. “Kami siap untuk berbagi pengalaman kami di bidang energi atom dengan mitra kami,” ujarnya.

Sebelumnya pada hari itu, Joe Biden mengeluarkan pernyataannya menjelang konferensi peninjauan, menyerukan Rusia terlibat dalam pembicaraan untuk menghasilkan perjanjian kontrol senjata baru untuk menggantikan perjanjian New START, yang akan berakhir pada 2026. Pada saat yang sama, Biden menuduh Moskow "menghancurkan perdamaian di Eropa" dengan operasi militer yang sedang berlangsung di Ukraina.

“Negosiasi membutuhkan mitra yang bersedia beroperasi dengan itikad baik,” ujar Biden. Dia menjelaskan, “Dalam konteks ini, Rusia harus menunjukkan mereka siap melanjutkan pekerjaan pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat.” New START tetap menjadi satu-satunya perjanjian pengendalian senjata utama antara Moskow dan Washington yang masih tersisa.

Kesepakatan itu di ambang kehancuran pada awal 2021, ketika itu akan berakhir di era pemerintahan Donald Trump. Kesepakatan itu akhirnya diselamatkan tak lama setelah pelantikan Biden, ketika Washington akhirnya menyetujui seruan berulang-ulang Moskow untuk memperpanjang kesepakatan tanpa prasyarat apa pun.iNewsPasuruan
 

Editor : Bian Sofoi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut