NEW YORK, iNewsPasuruan.id - Beberapa miliarder dunia mengalami lonjakan kekayaan sepanjang tahun lalu. Meski kekayaannya tidak sebesar Elon Musk atau Jeff Bezos, namun kenaikan kekayaannya paling tinggi dalam persentase. Beberapa dari mereka adalah pendiri perusahaan swasta yang kekayaannya tumbuh karena putaran pendanaan baru. Sementara yang lain mendapat manfaat dari melonjaknya harga saham atau mata uang kripto yang diperdagangkan secara publik.
Melansir Forbes, Rabu (5/1/2022), berikut daftar miliarder yang mengalami lonjakan kekayaan tertinggi berdasarkan persentase sepanjang tahun lalu:
1. Tatyana Bakalchuk Kewarganegaraan: Rusia.
Persentase kenaikan kekayaan: 1.075 persen.
Pendiri dan pengecer e-commerce Rusia Wildberries ini memiliki kekayaan sekitar 12,9 miliar dolar AS atau setara Rp184,4 triliun (kurs Rp14.300 per USD), naik dari 1,1 miliar dolar AS pada awal tahun lalu. Itu berkat lonjakan permintaan belanja online selama pandemi dan melonjaknya valuasi Wildberries secara publik. Miliarder perempuan terkaya di Rusia ini melakukan ekspansi global Wildberry ke pasar global lainnya, termasuk Amerika Serikat. Perusahaan menggandakan pendapatannya pada 2020 menjadi sekitar 5,7 miliar dolar AS.
Mantan guru bahasa Inggris dan ibu empat anak berusia 46 tahun ini mendirikan Wildberries pada 2004 dari apartemennya di Moskow saat sedang cuti hamil. Pada tahun-tahun awal, dia menjual pakaian dari pengecer Jerman Otto. Hari ini, Wildberries menawarkan lebih dari 31.000 merek di situs webnya.
2. Nik Storonsky Kewarganegaraan: Inggris dan Rusia
Persentase kenaikan kekayaan: 547 persen.
CEO dan salah satu pendiri fintech perbankan Revolut ini membukukan kenaikan kekayaan bersihnya hampir 550 persen menjadi 7,1 miliar dolar AS atau setara Rp101,5 triliun dari 1,1 miliar dolar AS. Pada Juli 2021, Revolut menyelesaikan putaran pendanaan 800 juta dolar AS yang memberi nilai perusahaan sebesar 33 miliar dolar AS, menjadikannya startup fintech paling berharga di Inggris. Storonsky memiliki lebih dari 20 persen saham di perusahaan tersebut.
Storonsky tinggal di London dan memegang kewarganegaraan ganda Inggris-Rusia, memulai kariernya sebagai pedagang derivatif di Lehman Brothers dan Credit Suisse. Di bawah kepemimpinannya, Revolut telah menarik lebih dari 10 juta pelanggan dan memproses lebih dari 350 juta transaksi. Pendapatan dari apa yang disebut "neobank" ini tumbuh 34 persen pada 2020 dari 229 juta dolar AS menjadi 307 juta dolar AS, namun kerugiannya juga naik 57 persen.
3. Leo Koguan Kewarganegaraan: Amerika Serikat
Persentase kenaikan kekayaan: 481 persen
Pengusaha dan investor yang berbasis di Singapura ini meningkatkan kekayaannya pada tahun lalu dengan strategi investasi yang berani: bertaruh rumah dengan call option Tesla. Langkah pertama telah terbayar karena saham Tesla melonjak tahun lalu, berkat investasi ritel dan langkah Tesla dalam kapabilitas manufaktur dan pengiriman. Kekayaan bersih Koguan naik 481 persen sejak tahun lalu, melampaui perkiraan 8,1 miliar dolar AS atau setara Rp115,8 triliun pada 31 Desember 2021. Koguan membangun kekayaannya di industri TI.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas New York ini, mendirikan penyedia layanan TI SHI International pada 1989 bersama istrinya, Thai Lee. Koguan tinggal di penthouse Singapura, yang dibeli dari miliarder Inggris James Dyson.
4. Luo Liguo Kewarganegaraan: China
Persentase kenaikan kekayaan: 472 persen
Miliarder China ini meningkatkan kekayaan bersihnya menjadi 16,6 miliar dolar AS atau Rp237,5 triliun, naik hampir 500 persen berkat booming-nya Hoshine Silicon Industry, pemasok logam silikon yang digunakan dalam elektronik, panel surya, dan produk kimia yang dipimpin Luo. Saham perusahaan, yang terdaftar di Bursa Efek Shanghai, naik dari 5,20 dolar AS menjadi hampir 21 dolar AS selama 2021. Anggota keluarga Luo membantu menjalankan Hoshine Silikon Industry. Istrinya Wang Baodi adalah direktur, putrinya Luo Yi adalah wakil ketua, dan putranya Luo Yedong adalah asistennya. Pada Juni, pemerintah AS melarang impor produk yang dibuat oleh perusahaan Luo karena dugaan melakukan kerja paksa di wilayah Xinjiang barat China. Seorang juru bicara Hoshine belum menjawab permintaan komentar dari Forbes.
Editor : Bian Sofoi