"Agar hal ini terjadi, bagaimanapun, diperlukan langkah fisik dan teratur, karena saya tinggal di biara Katolik. Seseorang tidak bisa menjadi pendeta dan biarawan secara terbuka, dan seorang Muslim secara pribadi," lanjut Kiai Said, seperti dikutip Middle East Monitor, Senin (27/2/2023). Dia menggambarkan konversinya sebagai "Kembali ke Timur" dan kembali ke "identitas primordialnya".
Dia memberikan penjelasan tentang konversinya itu dengan mengutip Al-Qur'an Surah Al-A'raf Ayat 172. "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi'. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini," bunyi terjemahan dalil Al-Qur'an tersebut yang dikutip Heagy.
Dia lebih lanjut mengonfirmasi tentang statusnya yang kini menjadi mualaf. "Karena alasan inilah para mualaf sering tidak berbicara banyak tentang 'konversi' seperti mereka berbicara tentang 'kembali' ke Islam—keyakinan primordial kita. Sebuah proses panjang untuk Kembali," tulis dia dalam blognya. Menanggapi entri blog tersebut, sebuah artikel baru-baru ini oleh Catholic.com berjudul "Sad Journey of the 'Muslim Priest" menyebutkan bahwa berita tentang penerimaan mantan pendeta itu terhadap Islam juga mendapat reaksi beragam di media sosial, di mana umat Islam menyambutnya dan beberapa orang Kristen menghakiminya karena "apostatising".
https://international.sindonews.com/read/1033357/42/pendeta-katolik-terkemuka-as-picu-kehebohan-karena-masuk-islam-1677470558
Editor : Bian Sofoi